Monday, March 17, 2008

Cita-cita Nusantara Darmawangsa

Dari catatan sejarah diperoleh bahwa sebenarnya wawasan nusantara telah mulai dirintis paling tidak sejak jaman kekuasaan Raja Mdang, Darmawangsa Tguh yang memerintah tahun 985-1006. Kerajaan Mdang adalah Kerajaan Mataram Hindu setelah pusat kerajaan dipindahkan dari Jawa Tengah ke lembah Kali Brantas, Jawa Timur oleh Pu Sindok, moyangnya wangsa Isyana. Darmawangsa Tguh bercita-cita menguasai Nusantara dimulai dengan menaklukkan Jawa, Bali dan kemudian kerajaan di pantai barat Kalimantan dan Maluku. Upaya terberatnya adalah menaklukkan kerajaan besar Sriwijaya. Maka pada tahun 1006 beliau menyerang Sriwijaya namun tidak berhasil dan tidak berapa lama mendapatkan serangan balik dari Sriwijaya yang bersekutu dengan kerajaan Wurawari yang diperkirakan kerajaan kecil di Jawa Tengah. Istana dikepung dan dibakar dan Darmawangsa tewas di dalamnya. Darmawangsa telah menunjuk penggantinya, Airlangga, beliau termasuk bangsawan yang selamat tetapi beliau masih kecil, baru 16 tahun, dan atas perlindungan Narottama beliau diungsikan di partapaan para resi di Wonogiri.

Setelah itu ada kekosongan kekuasaan dan daerah-daerah dikuasai oleh para panglima perang, hingga Airlangga naik tahta pada tahun 1019, dan mendirikan Kerajaan Kahuripan dengan pusat di Kediri. Pada mulanya Airlangga masih diliputi ketakutan terhadap Sriwijaya hingga membangun kerajaan secara diam2, dengan wilayah semula terbatas kira-kira seluas Kediri saja dan pelan-pelan meluas hingga seluruh Jawa Timur pada tahun 1030. Kemudian Sriwijaya pun
mulai memberikan pengakuan. Sementara itu pada tahun 1025, Sriwijaya habis diserang oleh Rajendra Cola, Raja Cola, di India Selatan. Setelah serangan itu maka Raja Sriwijaya pada waktu itu melunak dan mengajak konsinyasi dengan Jawa bahwa kedua belah pihak mengakuai keunggulan masing-masing. Sriwijaya berkuasa atas wilayah Nusantara bagian barat dan Kahuripan berkuasa atas Nusantara bagian Timur. Bahkan Sriwijaya pun memberikan Airlangga seorang putri yang dijadikan istrinya.

Kertanegara Menghadapi Kubilai Khan dengan Persekutuan Suci Nusantara Dan Drama Pembentukan Majapahit

Setelah babad Kediri sejarahnya berakhir pada 1222 dan diganti oleh babad Singasari, raja terbesarnya adalah Kertanegara yang memerintah pada 1254-1292. Pada jaman Kertanegara inilah Kubilai Khan yang menguasai sebagian besar dunia mengirimkan utusan yang dipimpin Meng Chi meminta agar Kertanegara takluk di bawah maharaja Kubilai Khan namun Kertanegara menolak bahkan melukai muka utusan China itu.

Setelah Meng Chi terusir dari Singasari, Kertanegara telah memperhitungkan akan serangan pembalasan China maka beliau mengadakan persekutuan dengan kerajaan2 Nusantara Timur dan dengan Sriwijaya. Yang dinamakannya persekutuan suci. Pada tahun 1286 beliau mengirimkan Ekspedisi Pamalayu yaitu mengirimkan patung Amoghapala kepada Raja Sriwijaya sebagai lambang perdamaian dan ikatan persekutuan suci Nusantara untuk menghadapi serangan balik Kubilai Khan. Karena politik Kertanegara terlalu berorientasi ke luar maka ada rongrongan politik dari dalam dan meletuslah pemberontakan Jayakatwang yang menewaskan Kertanegara.

Kemudian seorang bangsawan Singasari, Raden Wijaya atas nasihat temannya, Bhupati Madura, Aria Wiraraja menyatakan tunduk pada Jayakatwang maka diberikanlah tanah perdikan di Tarik. Sesuai dugaan bahwa serangan balik Kubilai Khan datang pada tahun 1293, namun Raja Kertanegara yang dulu mempermalukan China telah gugur. Raden Wijaya mengajak serdadu China yang dipimpin Admiral Ji-Ko-Mu-Su untuk bersekutu menyerang raja dan saling setuju maka dengan mudah Jayakatwang dikalahkan.

Kemudian atas alasan perdamaian pasukan China dipecah-pecah menjadi pasukan kecil, dan tiba saatnya balik diserang oleh pasukan Raden Wijaya yang membuat pasukan China sebagian besar tewas dan sisanya lari tunggang-langgang kembali ke negerinya. Raden Wijaya kemudian bertahta dan berdirilah kerajaan Majapahit hingga mencapai jaman keemasan pada era raja Hayamwuruk dan Mapatih Gajah Mada dengan wilayah kurang lebih seluas wilayah Indonesia sekarang ditambah Semenanjung Malaka.

Maka wilayah Indonesia sebenarnya oleh nenek moyang kita telah dipersatukan baik oleh perdagangan maupun oleh politik. Dibutuhkan waktu 350 tahun untuk mencapai cita-cita agung Darmawangsa, yang tercapai untuk sementara waktu oleh Majapahit pada jaman kekuasaan Hayamwuruk dan butuh kira-kira satu milenium, seribu tahun kemudian untuk terbangunnya Republik Indonesia, dengan wilayah dari Sabang sampai Merauke. Kita percaya pidato politik Bung Karno dengan pernyataan yang sering diulang, “Bangsa Indonesia bukan bangsa tempe, Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang besar”.

Catatan :
  • Pada jaman kuno milenium pertama masehi telah terjadi hubungan dagang antara Maluku, Kalimantan dengan Jawa dan Sumatra untuk dibawa ke China, India, Parsi, Arab dan terus ke Eropa jadi pada masa itu Nusantara telah aktif dalam perdagangan internasional
  • Ayah Airlangga adalah Udayana (Darmodhayana), seorang Raja Bali dan ibu Airlangga adalah Mahendratta (Cucu Pu Sindok)
  • Bung Karno, Ibu berdarah bangsawan Bali dan Ayah berdarah bangsawan Majapahit
  • Gajah Mada berasal dari Bali kalau menurut kitab klasik Bali, Usana Jawa tapi dalam Pararaton dan Negarakertagama asal-usul Gajah Mada tidak jelas

(dari seorang kawan: M Yusron, milis Sekar DPD-CO)

No comments: